Sumber |
Pernah suatu ketika chatting sama teman (cowok). Kebetulan memang sudah lama banget gak ketemu. Pengen sih sebenarnya ketemu cuma malu juga mau ngajakin ketemuan. Hehhehe... Bukan maksud untuk jaim cuma pada dasarnya saya memang pemalu dan tidak suka memulai duluan. Jadi, sampailah pada pembicaraan si Dia memberi info posisinya saat ini dan keesokan hari dia ada dimana. Dengan sangat polos dan memang sedang tidak mood saat itu jadi hanya balas sekenanya saja "Ohh, lagi disana." Singkat, padat dan menggantung. Setelah beberapa hari kemudian baca, nyesel banget bales sesingkat itu. Padahal banyak yang ingin aku bicarakan dengannya, mungkin sekedar berbagi cerita ada juga rasa pengen ketemu seru-seruan bareng. Tanpa ada mengungkit yang sudah berlalu. Membayangkan itu sepertinya indah. Hehhe..
Tapi apalah daya, kalau nasi sudah jadi bubur mah masih enak tinggal ditambah suiran ayam+bawang goreng+kerupuk+dan kaldu ayam jadi bubur beneran yang siap disantap. :p
Yaps, ketika sebuah keinginan tidak tersampaikan dengan benar atau bahkan keinginan hanya menjadi keinginan semata itu yang nyesek banget. Kalau seperti kejadian diatas sebenarnya salah diriku sendiri yang malu-malu tapi mau, hehee.. Padahal belum tentu lain kesempatan bisa ketemu. Mending kalau status belum berubah kalau saja diantara kami sudah Hak Milik orang lain bisa kacau ceritanya.
Aku percaya pada sebuah kata hati yang sulit untuk berbohong, namun ketika hati bicara pikiran kita jalan dan menyaring semua keinginan itu menjadi sebuah sifat yang sering disebut orang Jaim (Jaga Image). Jaim disini mungkin sebatas menahan keinginan itu karena malu, segan bahkan takut merasa bersalah. Nah lho kok bisa gitu?? Pertanyaan itu pasti terlintas. Yah jelas saja, kalau kita Jaim tentu yang ingin terlihat hanya sisi baiknya saja, ingin terlihat sempurna, ingin dibilang sifat bagus, karakternya menarik. Padahal si punya diri galau tingkat dewa.
Untuk ceita diatas itu juju aku gak galau tingkat dewa. Justru ini yang membuat aku belajar untuk membenahi kata hati dan pikiran agar bisa selaras. Jadi tidak ada keinginan yang tersimpan sia-sia begitu juga dengan kesempatan yang bisa jadi tidak akan terulang lagi.
"Belajar memaknai setiap peristiwa yang kita alami tentunya bisa membuat kita mengerti kekurangan diri sendiri."
Sumber |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar