Sumber |
Jika Anda pergi berbelanja, cobalah bandingkan harga sebuah apel Fuji
yang dikemas dengan styrofoam warna merah jambu, dengan apel lokal yang
ditumpuk begitu saja. Coba pula bandingkan harga deterjen bubuk yang
kemasannya putih sederhana, dengan yang kemasannya berwarna cerah dan
menarik. Bandingkan harganya, dan amati perilaku konsumen yang membeli
produk tersebut.
Anda pasti akan melihat bahwa meskipun produknya sama atau nyaris
serupa, namun harga bisa berbeda jauh. Apel Fuji yang berwarna semu
kemerahan itu terlihat lebih menarik, dan harganya sedikit lebih mahal
daripada apel biasa yang tanpa kemasan. Demikian pula dengan deterjen
bubuk. Kemasan yang mencolok, dengan nama merk jelas, biasanya lebih
mudah diingat oleh konsumen dan dianggap lebih bermutu. Padahal
sebenarnya, belum tentu kualitas produk tanpa kemasan bagus itu lebih
rendah dibandingkan yang dikemas menarik.
“Itulah dampak dari cara penyajian sebuah
produk. Konsumen menilai layak tidaknya harga dan kualitas sebuah
produk dari kemasannya,” ujar Veronica Ratna Ningrum, WomanMarketer yang juga pemilik PT Masterindo Multiguna, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa konsultasi marketing.
Menurut Veronica, desain kemasan produk adalah salah satu unsur yang
seharusnya tidak diabaikan oleh para pebisnis. Secara psikologis,
penampilan yang menarik akan mengundang lebih banyak perhatian dari
orang lain, dan secara umum hal ini juga berlaku untuk produk barang
maupun jasa. “Menyiapkan kemasan sebuah produk, perlu direncanakan
dengan teliti. Sebab ini menyangkut tentang bagaimana Anda bisa
memenangkan perhatian konsumen dan melekatkan image produk Anda dalam
benak mereka,” ujar Veronica lagi.
Beberapa unsur yang menurutnya penting untuk diperhatikan saat membuat perencanaan kemasan produk antara lain adalah:
- Warna. Warna memiliki efek besar terhadap aspek emosional konsumen. Itu sebabnya, setiap perancang kemasan maupun desainer, sangat memperhatikan pengaruh warna terhadap sebuah produk. Warna merah dan kuning, misalnya. Dua warna itu kerap digunakan dalam kemasan makanan atau warna dinding restoran, sebab dapat membantu memancing selera makan. Sementara warna biru dan hijau, kerap digunakan dalam kemasan makanan sehat atau organik, karena menimbulkan kesan natural serta menyehatkan.
- Desain. Pemilihan bentuk kemasan, turut mempengaruhi kesan yang ditimbulkan. Perhatikanlah desain botol parfum dari merk-merk ternama. Akan terlihat bahwa mereka tidak sembarangan menentukan desain botol dan kotak pembungkusnya. Setiap botol menimbulkan kesan tertentu sesuai dengan citra yang diinginkan. Misalnya kesan elegan, berkharisma, ceria, dan sebagainya.
- Logo. Logo seringkali dianggap remeh oleh pemilik bisnis. Padahal sebenarnya, logo memiliki kekuatan untuk menimbulkan kesan tersendiri bagi konsumen. Sebuah kotak kemasan kue yang putih polos, akan tampil mewah dan elegan hanya dengan tempelan logo berdesain indah yang dicetak pada stiker warna emas. Sebaliknya, logo yang terlalu rumit, bisa menimbulkan kesan berantakan dan berat.
- Bahan. Pemilihan bahan turut menentukan sisi estetika kemasan. Pertimbangkanlah jenis materialnya; seperti mika, kertas, kain. Pertimbangkan pula motif serta asesoris pendukung, agar dapat menunjang penampilan produk Anda.
Artikel terkait:
- Mengenal Veronica Ratna Ningrum, Sang Konsultan Marketing
- 10 Tips Cerdas Marketing ala Veronica
- Veronica, WomanMarketer Masa Kini
- WomanMarketer: Sentuhan Wanita di Dunia Marketing
- 3 Panduan Mengemas Ide dan Kreativitas Marketing
- Rahasia Melesatkan Bisnis Kuliner
- Melesatkan Bisnis Melalui Olah Marketing
- Perlukah Seorang Konsultan Marketing?
- Siapakah Pelanggan Utama Anda?
- Peran Konsultan Marketing Bagi Kesuksesan Sebuah Bisnis
- Tips Mempersiapkan Business Plan
- Bagaimana Konsumen Menilai Produk Anda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar