Lagi-lagi soal cinta. Tetapi yang saya angkat atau ceritakan bukanlah soal-soal (pertanyaan) cinta. Ini lebih kepada ungkapan kegalauan seseorang soal cinta. Meski berat hati ini untuk menulis tentang cinta, tetapi mengapa dorongan pikiran menuju jemari begitu selaras untuk membahas tentang cinta. Hah, benar-benar hal aneh, karena untuk kesekian kali saya berkata dengan jujur, sampai saat ini saya bukan termasuk orang yang beruntung untuk masalah percintaan. Semua yang dijalani kandas di tengah jalan. Begitu tragis (sedikit hiperbola). Tetapi dengan begitu saya memiliki pengalaman di sudut yang berbeda dengan orang lain.
Di sudut keramaian, terkadang saya sering melihat keramaian begitu sangat ramai. terlihat jelas, keharmosian sepasang yang sedang memadu kasih, keceriaan anak yang sedang bersama kedua orang tuanya, keriangan sekelompok anak muda, kehebohan canda, tawa sekelompok remaja dengan gaya terlihat menarik dan saya melihat itu semua seorang diri, tanpa teman. Jangankan seorang kekasih, kala itu seoarang teman juga tidak ada yang menemani. Saat itu saya benar-benar sendiri.
Sebenarnya, saya lebih senang dan terbiasa kemana-mana seorang diri, tetapi sebagai makhluk tuhan yang tidak sempurna, dengan perasaan hati yang sedang gundah gulana, saya benar-benar merasa sepi, tidak seperti biasanya. Kembali pada persoalaan cinta. Entah mengapa, akhir-akhir ini sering terjadi flashback didalam memori ingatan saya. Tentang apa saja, tentunya ingatan ketika saya benar-benar merasa suka dengan seseorang, ketika saya gagal menjalani sebuah hubungan, ketika chating dengan mantan pacar, ketika berhasil menemukan situs jejaring sosial pria yang menurut penilaian saya cakep, dan kebetulan saya tahu namanya, mendapat kabar bahwa orang yang sedang PDKT dengan saya ternyata sudah memiliki pacar, bertemu kembali dengan mereka yang pernah mendekati saya.
Uuh, semua ingatan itu datang tiba-tiba, saya sendiri terkadang jengah mengingat hal yang tidak ingin saya ingat. Alhasil, itu membuat saya sedih, tetapi ada juga yang mampu membuat saya tersenyum, bahkan tertawa geli di dalam hati. J
***
Akhir-akhir ini, kurang lebih hampir setahun (atau dua tahun) *lupa* saya benar-benar mengesampingkan soal cinta, terkesan saya masa' bodoh dengan urusan hati saya sendiri, sebenarnya tidak. Dan mungkin saat ini saat yang tepat untuk saya klarifikasi segala pertanyaan dan pernyataan yang pernah menghampiri saya. Dulu, ketika usia saya masih belasan (sekitar 19 tahun), saya sempat berpikir ingin menikah muda. Tetapi karena beberapa hal yang menjadi pertimbangan, keinginan itu berubah sehingga saya menargetkan untuk menikah di usia 25 tahun. Yah, usia seperempat abad. Semoga saja ini bisa saya penuhi. Tetapi yang menjadi pertanyaan di luar sana tentu siapa pacar atau calonnya?.. hehee..
Haha, saya sendiri sampai saat ini masih belum menemukan orang itu. Mungkin juga saat ini memang belum waktunya saya untuk bertemu dengan jodoh saya. Karena di jaman seperti ini, saya masih berpikir, kalau jodoh itu tidak kemana dimanapun, siapapun, kapanpun kalau memang sudah jodoh tentu ada jalannya.
Saya mungkin sempat dekat, atau dalam proses pendekatan dengan beberapa orang (dengan jangka waktu yang berbeda), tetapi dari semua itu belum mampu membuka hati saya kembali, entah mengapa. Dari semua itu, jujur mereka orang baik. Dan saya tahu itu. Tetapi ada juga yang beranggapan mendekati seorang wanita adalah sebuah permainan (menurut saya) karena saya pribadi melihat, mereka (pria) dengan mudahnya datang dan pergi, mendekat dan menjauhi seseorang. Saya bukan termasuk orang yang mudah untuk jatuh cinta. Tetapi setelah merasakan itu (cinta) saya termasuk orang yang setia (bukan maksud promosi). Tetapi, karena terkadang saya merasa malas, atau bosan menganggapi mereka karena terkesan saya sebagai tempat pelarian belaka, mungkin karena itu saya sering dibilang sombong. Sesungguhnya saya bukan sombong, terkadang ucapan dan sikap saya adalah bentuk protes, atau menunjukan sikap diri, dan terlebih agar mereka (pria) bisa bercermin setelah berkata atau menilai sombong terhadap perempuan Hmm, hanya Allah SWT yang mengerti dibalik semua sikap saya. J
***
Sedikit bercerita tentang perbedaan cinta dan benci.hehee.. Ini sama sekali tidak mengcopy atau meniru Band Gheisa, mungkin ini terinspirasi dari lagu itu. Ketika itu, mungkin saya sedang patah hati. Gimana tidak, hubungan yang sudah cukup lama saya jaga, bina harus kandas begitu saja dikarenakan jarak yang tidak bisa dikompromikan lagi. Saya bukan termasuk orang yang bisa mengucapkan kata perpisahan, putus dan lain sebagainya. Alasannya, saya tidak sanggup menahan air mata. Saat itu, tidak ada hal yang terbaik untuk hubungan saya dengan dia, kecuali "putus". Cara yang saya pilih adalah meminta dia untuk mencoba dekat dengan perepmuan yang kebetulan memang sedang mendekati dia. Berat sudah pasti, ketika mendengar semua cerita itu. Sedih adalah hal yang wajar kala itu. Yang membuat saya tidak habis pikir, mengapa dia memilih seseorang yang hampir merusak hubungan kami ketika itu. Akhirnya saya menyerah, toh itu juga terjadi karena permintaan saya. Setelah kejadian itu, perasaan ini tidak menentu antara cinta dan benci itu ternyata beda tipis, hampir tidak berjarak.
Lebih parahnya ketika saya tahu, banyak kebohongan disebalik hubungan kami itu. Dan semua cerita itu hanya menjadi pengalaman yang sangat berarti. Semoga saja, ini hanya di alami oleh saya. Amin. Rasa yang tidak wajar ini sudah membutakan segalanya. Dan itu yang membuat saya paham, sakitnya rasa mencintai itu seperti apa. Dan terima kasih atas pengalaman itu, karena dengan itu saat ini saya semakin kuat, mampu tertawa bahagia. Hahahaa...
***
Suatu saat, cinta yang pernah ada dan mungkin pernah aku miliki, akan kembali pada ku atau bahkan pergi jauh. Namun, aku menginginkan seluruh hati(mu) buka separuh dari hati yang kau miliki, biarkan aku menunggu untuk sementara waktu, disini. Jika cerita cinta(ku) telah berakhir, seperti apakah ujung cerita itu? Aku tak tahu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar