Hari Senin,,_
Setiap orang mempunyai cara tersendiri untuk menikmati hari
senin. Ada yang bangun telat, ada yang tetap semangat ketika bangun, ada juga
yang takut untuk mengawali pagi hari. Konon bagi orang yang berada pada daerah
padat penduduk, hari senin di anggap hari telat sedunia. Ada juga yang
mengakatan hari senin adalah hari yang menyebalkan (kecuali pada hari ini hari
gajian). Banyak juga yang berusaha membuat moodnya kembali seperti biasa dengan
mendengarkan lagu-lagu favorit, berusaha dengan mengawali dengan senyuman—walupun
dengan sedikit terpaksa.
Bahkan anak sekolah sendiri juga ada yang menyatakan malas sekolah dihari Senin—karena
liburnya masih lama.
Semua bisa berpendapat sesuai apa yang mereka rasakan. Andai
saja hari libur Minggu diganti pada hari Senin, kemudian hari selasa lah yang
menjadi pengganti setelah hari libur, tetap saja anggapan itu tidak akan
berubah. Hari Selasa yang menjadi hari segalnya bagi mereka. Tetapi juga, ada
sebagian besar orang yang menyambut suka cita dengan kehadiran hari Senin.
Setiap hari sesungguhnya adalah hari yang baik, tapi itu
semua tergantung pada individu yang menjalani. Bagaimana orang itu mampu
membangkitkan rasa semangat di pagi hari, bisa mensugesti diri sendiri agar
berpikir positif dan penuh semangat—dan bagaimana niat awal kita tiap
menjalani tugas, pekerjaan kita sehari-hari. Maka dari itu, hargai waktu yang
ada saat ini. Selamat menjalani hari senin dengan cara terbaik-mu!
***
Pada masa sekolah dulu—yaitu ketika hari senin ada tradisi
upacara. Bukan hanya disekolah saja. Instansi pemerintahan, Hari Besar Nasional
juga di adakan Upacara. Kembali kepada masa sekolah. Dahulu ketika menginjak
bangku Sekolah Dasar—saya sering mendapat tugas upacara bendera. Ketika masih
kecil, saya merasa itu adalah tanggung jawab—sebisa mungkin melaksanakan tugas
itu dengan baik dan sempurna tanpa kesalahan (maklum anak-anak). Setiap pagi
ketika, akan menjadi petugas upacara perasaan pasti dagdigdug seperti ada yang
bermain-main dalam denyut jantung. Terbiasa mendapat tugas terbawa sampai
tingkat SMP dan SMA. Dari seluruh tugas yang pernah ada. Seingat saya tugas
yang tidak pernah saya lakukan adalah membawa teks Pancasila dan membaca doa.
Selain dari itu sudah menjadi makanan saya tiap minggunya.
Sampai saya merasa di titik jenuh mendapat tugas kemudian saya protes dengan
dalih, sesekali berbagi tugas dengan yang lain. Biar yang lain juga bisa
merasakan dan dapat menunjukan tanggung jawabnya dengan baik. Tugas yang paling
saya sukai ketika itu adalah pemimpin upacara dan petugas bendera. Alhasil—walaupun
saya hanya sampai pada Tingkat Kabupaten tapi saya bangga bisa menjadi Purna
Paskibraka Kabupaten Kepulauan Riau kala itu.
Di ambil dari Tahun 2002 |
Saat ini—ada beberapa orang teman yang
berprofesi menjadi guru.Tentu saja seorang guru adakalanya mendapat giliran
menjadi Pembina Upacara. Waktu itu saya melihat status teman saya itu pada
sebuah jejaring sosial (facebook)
menyatakan rasa dagdigdugnya ketika esok hari akan menjadi Pembina upacara
untuk pertama kalinya. Ternyata inilah sebuah kenyataan. Tidak saja anak
Sekolah Dasar yang merasa dagdigdug ketika akan menjadi petugas upacara. Menjadi
Pembina Upacara ternyata juga sama dagdigdugnya. Inilah sebuah cerminan yang ada
dalam kehidupan sehari-hari, “Semua akan menjadi biasa karena telah terbiasa”.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar