Kehidupan adalah sebuah
perjalanan. Kenyataan ada secara
alamiah. Proses perubahan dalam kehidupan untuk meraih kenyataan sesuai dengan
impian memiliki harga tersendiri. Harus mampu bertahan dan konsisten,
menunjukan kegigihan dan pantang menyerah. Potret kehidupan tergambar nyata.
Ilustrasi kehidupan yang paling hakiki adalah milik Allah SWT. Manusia mampu
menuliskan segala keinginan serta impian hari esok. Sesungguhnya itu adalah
mimpi dalam sebuah angan. Mewujudkan adalah proses. Dimana hasil dari sebuah
proses itu adalah jawaban dari mimpi. Saya ingin sekali bisa menulis. Tentang
apa saja, sesuai apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dialami sendiri.
Menulis bisa merupakan
hobi, pekerjaan, kebiasaan dan ada yang beranggapan keharusan (kewajiban). Dari
menulis juga sebagian besar bisa memiliki penghasilan yang cukup bahkan jauh
lebih dari itu. Tetapi, ada yang benar-benar mempergunakan menulis untuk
mengeluarkan seala beban yang ada semata. Terutama juga pengalaman, banyak yang
bisa kita ambil dari menulis. Saya sangat baru untuk menulis. Saking barunya
saya harus banyak membaca dan menemukan minat saya yang sesungguhnya. Traveling salah satu yang paling menarik
saat ini. J
Saya sendiri memiliki
pandangan tersendiri tentang dunia menulis. Menulis itu bagi saya mengalir,
pandangan, opini, protes, sanggahan, ungkapan, cerita, cara menilai, segala hal
suka dan tidak. Awal mula menulis adalah sebuah keinginan. Keinginan untuk
bercerita. Banyak hal yang bisa kita bagi kepada orang lain. Saya yang termasuk
tertutup—merasa seperti memiliki tempat untuk berbagi, bercerita dan merenung.
Dengan menulis saya sungguh merasa lega. Tetapi saya cendrung tidak suka
menulis buku harian, seperti kebanyakan orang. Ketika saya merasa menulis
merupakan cara yang tepat untuk mengungkapkan—berekspresi dan protes, sejak
itulah saya merasa ini adalah saya. Begitu idealis bukan?
***
Gaya penulisan timbul
karena kebiasaan. Mengasa untuk terbiasa memang tidak mudah, apalagi terkadang
rasa malas dan takut yang menjadi momok paling utama. Ini yang menjadi
penghambat saya. Terutama untuk hal yang meyangkut dengan ide dan mengawali
penulisan. Rasa ragu dan bimbang memulai merupakan hal wajar. Apalagi bagi
pemula seperti saya—dan itu bukan harga mati yang membunuh sebuah kreatifitas. Intinya,
semoga saya mampu berkembang pada dunia ini. Tentunya dengan proses
pembelajaran—dan
berjalannya waktu yang mendidik saya untuk terus belajar.
Bukan hanya itu saja, menulis itu seperti becermin. Apapun bentuk tulisan yang kita buat adalah pencerminan bagi diri kita sendiri. Menulis itu luas—seluas sudut pandang serta ide yang kita gunakan. Menulis itu bebas tapi terikat—yaitu kita bebas mengeluarkan ide yang kita miliki tetapi kita tetap terikat dengan peraturan tata bahasa, etika penulisan dan lain sebagainya.
Dan tentu saja, setiap
hal ada yang pro dan kontra, kritik dan saran seperti halnya kita menulis juga
seperti itu. Kritikan itu bagi saya pedas manis (seperti yang pernah saya tulis
sebelumnya), dan dengan kritikan itu yang memacu saya untuk lebih kreatif dan
terus belajar. Secara pribadi, saya
lebih sering mendapat ide menulis dari kisah-kisah sekitar maupun pribadi. Tentu
saja yang menarik menurut saya. Memang belum begitu banyak kisah yang saya
gambarkan melalui menulis. Inilah awal saya terbiasa untuk menulis. J
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar