Penuh Tanda (?)
Aaaarrrgghh, ketika ide begitu dengan indah menari dalam alam
pikiran saya. Namun blog saya tidak bisa untuk buat postingan baru. Jadi
tulisan ini saya tuliskan dulu di m.word.
Nanti kalau blog saya sudah membaik langsung saya posting dalam blog. Bingung
kenapa tampilan blognya tidak ada tulisan, hanya ada gambar-gambar yang saya
posting saja.
Apakah karena jaringan?
Ataukah kesalahan pada
diri saya?
Atau juga blogspot memang
sedang tidak bisa dibuka?
Ini sebuah tanda tanya kecil dalam benak saya. Semoga saja
ini hanya masalah jaringan saja. Amin.
***
Saya mungkin punya pendapat sendiri tentang bagaimana untuk
menentukan pilihan, walaupun pilihan itu juga terkadang sering terjebak dengan
masalah atau malah gagal. Namun karena pilihan itu adalah kehendak kita, tentu
kita sendiri yang harus mempertanggungjawabkan pilihan itu. Terkadang juga
berpikir, apakah ini sebuah takdir yang telah digariskan kepada saya? Setelah
itu saya berpikir kembali, apakah kegagalan itu sebuah bentuk teguran kecil
dari Nya? Semua kenyataan yang kita jalani tidak semua mulus serta lancar
seperti jalan tol (jalan tol juga bisa padat merayap kan,hehee..)
Berbicara tentang pilihan, apa saja bentuk pilihan-pilihan
dalam hidup? Banyak sudah pasti. Namanya juga pilihan tentu lebih dari satu.
Lain orang tentu lain juga kebutuhan. Begitu juga dengan pilihan dalam
hidupnya.
Pilihan yang pernah saya hadapi salah satunya, mengikuti
perkataan orang tua meskipun permintaan itu berlawanan dengan keinginan. Ini
merupakan sebuah pilihan yang tidak terlihat. Pilihan yang berbentuk keinginan.
Bila dihadapkan seperti ini tentu sulit, namun juga bila kita tidak mengikuti
keinginan tersebut kita musti mempunyai alasan yang tepat sasaran, sehingga
tidak melukai hati orang tua kita. Karena belum tentu pilihan kita adalah benar
dikemudian hari. Naaahh, yang telah saya jalani adalah ternyata setelah
mengikuti pilihan orang tua, dikemudian hari saya mendapat hambatan. Orang tua
yang mengetahui hal itu.
Setelah orang tua saya mengetahui hal tersebut, beliau merasa
bersalah. Dilema. Hati saya semakin terasa teriris dan diberi air jeruk, sangat
pedih. Saya berusaha membesarkan hati beliau, namun pendapatnya tetap sama.
Berpendapat, bahwa beliaulah yang salah atas pengaruhnya ketika saya menentukan
pilihan. Entahlah, saya tidak mencari siapa yang salah dalam hal ini. Mungkin
ini adalah takdir yang harus saya jalani.
Kehidupan ini penuh tanda (?)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar