Pernah aku melihat sebuah album foto yang sempat menghilang
entah dimana. Ketika album itu telah berada dalam genggaman pikiran ini
menerawang jauh akan sebuah kenangan. Kenangan aku dan kamu. Memang
tiada foto kebersamaan kita berdua, mungkin dahulu aku yang masih enggan
mengabadikan kebersamaan kita pada sebuah memory bergambar. ;p
Aku mungkin merindukan kamu saat itu, rindu yang belum terjawab
dengan pasti ujungnya. Berharap penuh agar bisa bertemu dengan mu
berbagi akan rasa yang sempat aku pinggirkan. Aku tidak tahu bagaimana
dengan perasaan kamu kepada aku, yang ku mengerti keadaannya kamu telah
memiliki kekasih yang kini menjadi pendamping hidup mu. Tidak pernah
terlintas dalam pikiranku untuk merusak semua yang telah ada. Sebagai
manusia aku hanya ingin merasakan ketenangan bathin. Tanpa menodai makna
dibalik keinginan itu aku menarik diri untuk tetap bertahan pada
perasaan ini. Berusaha menghargai kenyataan ini.
Dalam hati kecilku tersimpan sebuah tanda tanya? namun bibir ini
terasa keluh untuk bertanya. Waktu yang membuat semua pertanyaan ini
hingga tumbuh subur. Meskipun aku sempat berlabuh pada hati lain. Semua
tak mampu mengikir tanda tanya ini untuk mu.
Kemarin adalah waktu yang tepat untuk kita berbagi. Apapun alasanmu ketika itu, aku senang. Kamu menegur aku di salah satu socmed.
Sapaan yang ringan tapi mampu memberi getaran yang hebat. Aku memutar
kembali ingatanku kembali ke waktu itu. Tak pernah aku bayangkan
ternyata hari itulah menjadi jawaban untuk segala pertanyaan di dalam
hati kecilku. Disini aku katakan, menghindar untuk menerima telpon dari
kamu hanyalah caraku untuk menahan diri dari rasa sedih. Aku tidak ingin
tangisku terdengar. Itu saja. Ketika itu kamu membahas teman-teman
lamaku. Sempat menjadi gejolak dalam bathin mengapa harus hal ini yang
dibahas? ingin rasanya aku berkata saat itu pada kamu, aku lelah mmbahas
ini! Namun aku mencoba menghargai itu. AKu mencoba mendengar semuanya
hingga jelas.
Kesimpulannya, masa lalu yang telah terjadi penuh kesalahpahaman
mungkin karena komunikasi kita yang kurang baik. Aku yang sering memilih
untuk diam dari pada menjelaskan toch pada akhirnya aku tidak
dipercaya. Kamu tahu, ketika itu aku begitu sakit. Sakit karena kamu
ternyata lebih percaya dengan teman-temanmu ketimbang percaya denganku.
Sebuah hal yang pasti ketika itu, EGO kita yang masih membela teman
masing-masing. Sehingga perasaan kita kesampingkan. Dan yang mengerti
perasaan serta keinginan aku ketika itu hanyalah aku, terserah pendapat
orang seperti apa, karena ketika itu aku tidak berpaling kepada siapapun
seperti dugaan kamu.
Aku mengerti sekarang, setiap cerita dalam kehidupan tentu memiliki
arti sendiri. Ia akan menjadi tepat ketika kita menyadari bahwa kenangan
itu mengiring kita pada sebuah titik yaitu kedewasaan. Aku senang
pernah menjadi bagian dalam hidupmu, aku juga akan jauh bahagia bila
kini kita menjadi saudara. :)
"Pergi darimu ternyata bukan
cara yang tepat menjauhkan kamu dari pikiranku, ternyata berbicara dari
hati kehati walau hanya sebentar namun memiliki arti"
"Biarlah kepingan masa lalu itu aku simpan, untuk menjadi kenangan ketika kita telah renta kelak"
di ambil dari postingan note FB ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar