Kemarin,_
Kemarin adalah hari yang telah lewat, hari yang telah saya lalui, tapi entah mengapa kejadian pada hari kemarin begitu berkesan dan mampu membuat saya tersenyum kecil. Rasa lelah menjalani keseharian pada hari kemarin belum hilang rasanya. Tetapi saya tetap harus menjalani hari ini.
Setiap hari adalah kesempatan, cobaan, godaan, pilihan, tuntutan dan lainnya. Menjalani hidup yang penuh lika-lika dan dinamika itu menarik. Jangan selalu melihat kesulian itu adalah sulit yang sesungguhnya. Cari jalan lain untuk memecahkan kesulitan jadi sebuah kemudahan. Kemarin adalah hari dimana saya mengalami kejadian-kejadian yang nyata dan tidak pernah terbanyangkan sebelumnya. Kejadiannya sangat sederhana.
Ketika udara pagi menyegarkan sekitar, saya pun terbangun. Melihat sebuah jam. Dan benar saya kesiangan. Saya yang berniat untuk pergi keluar kota pagi. Harus menunda 1 jam kemudian. Sebelum saya beranjak dari tempat tidur. Saya teringat akan sesuatu. Kebiasaan saya ketika sebelum tidur adalah membaca majalah dan buku, terkadang juga membaca e-book di internet. Dan setelah itu kebiasaan lain adalah meletakkan semua apa yang saya gunakan ketika sebelum tidur diatas kepala saya (disamping bantal tidur). Hal yang menarik ketika bangun adalah majalah itu berpindah tempat tanpa ada yang memindahkan. Entah ini suatu pertanda yang akan saya alami setelah itu. Atau hanya sebuah kebetulan.
***
Setelah menuju ketempat yang telah saya rencanakan, perut pun mulai tidak bisa di ajak kompromi, mereka (isi perut) pun berdemo sehingga saya melirik sebuah tempat makan yang menyediakan menu makanan yang saya sukai salah satunya soto. Saya menyukai makanan yang berkuah. Salah satunya soto, apapun bentuk soto sejauh ini masih nyaman untuk berada di perut saya. Kali ini tidak ada yang salah dengan makanan itu. Enak sudah pasti, entah karena begitu laparnya saya, atau memang soto itu enak atau juga soto itu sedikit (hehee..). Makanan berkuah itu habis tidak lebih dari lima menit.
Saya saat itu memesan 1 teh obeng, 1 soto dan 1 kerupuk= Rp 11.000,00. Saya tidak percaya ketika membayar. Apakah pemilik kedai salah hitung? tanya saya dalam hati. Dan ketika saya tanya kembali berapa, dan dijawab dengan nominal yang sama. Tapi sudahlah ini harga yang termasuk murah selama saya makan ditempat yang menurut saya bagus. Memang bukan restoran atau tempat makan elite. Semoga saja yang empunya warung diberikan rezeki yang berlimpah. Amin.
Sumber foto |
Meninggalkan rumah dengan penuh semangat, berharap semua rencana lancar. Awal semua berjalan lancar. Semua bisa saya atasi dengan baik. Selama perjalanan saya menggunakan moda transportasi umum. Sebutan saja angkutan itu angkot. Naik angkutan umum tentu saja ada resikonya tersendiri. Salah satunya adalah kecelakaan. Kemarin ketika saya menaiki moda transportasi itu, seperti biasa saya sangat suka duduk di depan pintu. Selama perjalanan saya merasa nyaman. Supir angkot berjalan tidak begitu kencang, dan juga tidak ugal-ugalan seperti angkot yang pernah saya naiki sebelumnya. Ditengah perjalanan yang cukup ramai dan padat merayap sesekali kecepatan naik dan turun kembali.
Itu sangat biasa saya rasakan. Ketika kondisi jalan yang agak menurun, angkot itu pun melaju biasa tidak begitu laju. Arah pandangan saya tepat berada pada posisi kedepan sebuah mobil pribadi berwana abu-abu. Tiba-tiba tanpa ada lampu sen mengarah kanan atau lampu isyarat untuk membelok. Mobil prbiadi itu mengurngi kecepatan dan berhenti mengarahkan kendaraannya untuk patah balik arah tanpa tanda isyarat lampu. Sedangkan angkot (kami) dengan jelas tidak melihat lampu isyarat untuk berbelok. Lampu baru hidup ketika pipi kiri saya sudah mencium dengan indah pada ujung pintu angkot tersebut. Ketika itu juga penumpang lainnya tidak kalah dengan saya beliau mencium mesra jok kursi depan (supir).
Saya pun memalingkan pandangan kebelakang ketika bunyi kelakson truk yang cukup besar dan bunyi suara rem yang terdengar bekerja keras untuk memberhentikan truk tersebut. Klakson itu menunjukan taringnnya dengan bertubi-tubi di tekan oleh sang supir yang tentu saja juga terkejut melihat mobil angkot yang kami tumpangi berhenti mendadak. Ketika melihat truk telah berhenti hanya ucapan syukur yang keluar dari bibir saya sambil mengelus-ngelus pipi yang terasa sangat ngilu.
Allah begitu pemurah, masih memberikan saya keselamatan dan kondisi badan yang sehat wa'alfiat. Hanya sedikit rasa ngilu yang saya rasakan. Tentu saja kejadian itu tidak berakhir begitu saja. Mobil pribadi itu meminta pertanggungjawaban dengan sopir angkot. Perdebatan mereka hanya terjadi sebentar dan berakhir ditempat bengkel. Saya tidak tahu persis bagaimana penyelesaian akan kecelakaan kecil itu.
Supir angkot itu sangat baik hati. Tidak ada sedikit umpatan yang ia utarakan dan ia sangat berjiwa besar dengan mau mengakui kesalahannya. Ia tetap tersenyum ketika itu. Kami pun diturunkan dipinggir jalan karena ia ingin menyelesaikan masalah itu dengan ibu-ibu pengendara mobil pribadi. Walaupun saya (kami) tahu, bahwa mobil pribadi itu yang seenaknya saja berbelok tanpa memberi lampu isyarat.
***
Perjalanan pun saya lanjutkan untuk ketempat lain yang tidak kalah pentingnya. Ditempat yang belum pernah saya kunjungi dengan kondisi sendirian. Selama ini andaikata saya ke daerah itu selalu bersama orang-orang yang memang benar tahu lokasi itu. Saya nekat bertanya sana-sini. Mulai dari naik taksi ketempat itu baiknya dari mana. Jam aman terakhir menggunakan taksi didaerah itu jam berapa. dan pertanyaan lain yang membuat saya yakin untuk melanjutkan perjalanan sendiri. Walaupun setelah sampai di daerah itu, teman saya sudah menunggu untuk mengantar ketempat tujuan.
Sesampainya saya ditempat tujuan, tentu harapan saya adalah semoga berhasil. Tapi kenyataannya orang yang saya ingin temui sedang pergi keluar kota dan baru saja berangkat. Nyesek rasanya mendengar kabar itu. Perjuangan pun belum berakhir, hingga beberpa pertanyaan pun saya utarakan dan kesimpulannya saya akan balik keesokan harinya, yaitu hari dimana saya menulis ini.
Tanpa pikir panjang saya langsung bilang keteman saya itu, rencana saya ingin langsung pulang kembali. Teman menawarkan agar saya menginap saja. Tapi karena saya juga ada janji dengan teman saya malam harinya saya harus pulang. Dan saya pun merencanakan dengan teman saya, agar beliau bisa menemani saya keesokan harinya.
***
Akhirnya saya kemabali kerumah, kaget ketika melihat jam masih dikategorikan siang (14.45 wib) saya telah sampai dirumah dengan selamat. Malamnya dengan kondisi fisik yang sangat lelah, saya pun menepati janji untuk mimican singkatan yang baru saya tahu. Teman saya pun menjemput saya. Yah, namanya bertemu dengan teman segenk, walaupun kami berada di satu daerah tetap saja atas nama kesibukan banyak hal yang tidak saya tahu tentang dia begitu juga dia ke saya. Kali ini adalah edisi curhat teman saya ini. Sesekali diselingi dengan ketawa-ketiwi yang tidak jelas. Sampai akhirnya ada sebuah cerita yang sangat mengejutkan. Bergosiplah kami, walaupun saya tahu bergosip itu termasuk dosa. Tapi apalah daya, berita ini sungguh nyata. Bukan rekayasa. Maafkan saya teman karena telah bercerita tentangmu.
Sumber Foto |
Hari kemarin saya lewati dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, semoga hari esok berjalan lancar. Dan hari ini saya melewati segala sesuatu dengan lancar. Rasa syukur itu memang tidak tergantikan oleh apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar