Kidung
Kehidupan
Keresahan
hati ini tidak bisa aku lukiskan lagi, begitu perih bila mengingat kekasih hati
meninggalkan ku sendiri. Rasa bosan pasti menyerang dan kian menyengat perasaan
yang masih berkecamuk dengan rasa perih yang tertinggal. Akhirnya aku pun
mengganti nomor handphone ku. Hanya karena satu alasan. Aku tidak ingin
komuniksi dengan dia (mantanku) kembali. Seperti biasa dengan nomor ku yang
baru, aku pun menghubungi seluruh nomor di kontak handphone ku. Banyak obrolan
ketika itu, dan aku pun bisa melupakan kegalauanku untuk sementara waktu.
Getaran
HP pun selalu menjadi harapan ku dikala itu. Sebagai pengusir sepi, sambil
menunggu sms dari teman-teman, aku pun mulai mencoba konten chat yang disediakan provider yang aku gunakan kala itu. Aku
berkenalan dengan pria yang bernama Ryan. Awalnya sungguh aku hanya iseng,
karena kegalauan aku dan rasa perih yang belum sembuh. Aku pun menghabiskan
waktu dengan dia kala itu dengan konten chat.
Semua berjalan seperti biasa Ryan pun bertanya hal yang biasa ketika dua pasang
manusia saling berkenalan. Sampai akhirnya kami pun bertukar nomor handphone,
dan kami pun mulai sering berkomunikasi.
Aku
menyadari dunia maya sungguh kejam, entah mengapa kala itu aku percaya. Karena
sesungguhnya aku merupakan orang yang tidak mudah percaya dan idealis, tidak
mudah untuk jatuh cinta dan sangat pendiem. Itu semua masih terekam dalam
ingatan ketika :
“Dreett..dreeett..” bunyi HP yang sengaja
aku silent.
“Hai…”,
sms pembuka kala itu, tetapi karena sebelumnya aku dan Ryan sudah saling
bertukaran nomor HP aku pun telah menyimpan nomor itu, hanya aku masih tidak
percaya dia menghubungi aku. Aku pun hanya membalasnya dengan kata-kata dingin.
Kemudian aku mematikan HP. Dua hari kemudian, dia kembali mengirimi aku sebuah
sms yang penuh dengan kata-kata puitis, dan aku pun masih membalasnya dengan
dingin. Seminggu kemudian dia menelpon aku, ketika itu aku masih di tempat
kuliah ku.
“Haloo..”,
aku pun berkata “iya, ada apa?”,
dikejauhan dia menjawab “gak apa-apa
pengen telpon aja, takut kamu bohong aja dengan identitas kamu”, aku pun
mencoba mencerna suara dan gaya bicaranya, aku bingung dan mulia berpikir keras
dank au pun berkata, “ suara kamu kok
mirip cewek sih, aneh gitu?”, di kejauhan dia menjawab dengan nada yang
sangat sensi, “ ihhh, apaan sih kamu, gag
suka punya temen kaya aku, yang suaranya mirip cewek, emang aku suka punya
suara kaya begini, beban tau!!”, ketika aku hendak menjawab, telpon pun dia
matikan dengan tiba-tiba. Kala itu aku hanya meminta maaf lewat SMS, dan dia
pun membalasnya dengan kata-kata penyesalan, karena baru kenal sudah menunjukan
sifat aslinya. Hari pun terus berganti, dan kedekatan aku dan dia di dunia maya
pun menjadi semakin erat, beberapa kali dia mencoba meyakinkan aku, untuk
menerimanya, aku pun berat, tapi entah mengapa kala itu, aku menerimanya. Aku
sadar, rasa perih aku dimasa lalu yang mendorong aku mencari kebahagiaan dengan
cara yang berbeda, dan berharap hubungan ini akan jauh lebih baik dari
sebelumnya.
Kemesraan
ini hanya terjadi melalui ponsel aku dan dia, kami berpacaran dengan jarak,
berkutat dengan jari jemari yang terus menari di atas keypad HP, malam merupakan yang kami nanti, untuk dapat bisa saling
berbagi dengan jarak yang berjauhan. Dia menjelaskan kepada ku, siapa dia yang
sebenarnya, dia pun bercerita tentang keluarga besar dan saudara kandungnya
yang telah pergi meninggalkannya dan bundanya. Hanya bunyi suara dan keadaan
disana yang bisa aku dengar, begitu juga aku disini. Permsalahan jarak pun
sempat menjadi batu api dalam hubungan kami, sampai akhirnya dia hendak
dijodohkan dengan anak sahabat bundanya. Aku pun galau kala itu. Aku tak tahu
harus berbuat apa. Bundanya meminta untuk perkenalkan aku dengan beliau, tapi
karena jaraklah kami belum diberi kesempatan untuk bertemu. Dan karena itulah
bundanya dengan sangat keras melarang hubungan aku dengan dia.
Aku
bingung, entah apa yang ada dibenak ku saat itu. Hati yang baru sembuh dari
luka, kembali terluka dengan cara yang berbeda. Aku pun meminta waktu untuk
sendiri, memikirkan bagaimana cara terbaik, agar kedua belah pihak bisa
menerima kenyataan ini. Dan aku mengambil keputusan untuk mundur kala itu.
Disetiap perkataan aku mampu mengucapkan kata ikhlas, tapi dihati aku juga
tidak mengerti apakah ini keikhlasan yang sesungguhnya. Semua yang kuawali
dengan sebuah keisengan ternyata mampu menghasilkan rasa sakit yang begitu luar
biasa hebatnya, ketika aku mengetahui hubungan yang tidak mendapat restu.
Dan
hari yang itu pun tiba, acara pernikahan Ryan pun diselenggarakan dikediaman Ryan.
Pagi-pagi sekali ryan menelpon aku, meminta doa dan restu untuk yang terakhir
kali, sempat dia mengurungkan niat untuk lari dari acara itu. Tapi aku menahan
dari kejauhan, member pengertian yang mungkin bisa membesarkan hatinya kala
itu. Tepat jam 09.00 aku pun gelisah. Terbayang semua cerita tentang calonnya,
yang pernah dia cerita kepada ku, cerita tentang anak angkat yang baru beberapa
hari diadopsi.
Tepat
jam 10.00, dia menelpon aku. Tetapi aku enggan untuk menerima telpon darinya.
Aku hanya mengucapkan selamat kala itu. Walaupun perih itulah kenyataan. Aku
hanya berharap semua akan menjadi lebih baik, jika dia bersanding dengan
pilihan orang tuanya. Aku pun mulai menyibukan diri dengan segala kerjaan yang
mampu menghilangkan perasaan galau ini. Menutup segala komunikasi untuk
sementara dan handphone kala itu aku
simpan dengan rapi. Tapi entah mengapa kegalauan aku semakin menjadi, tak kuasa
aku menahan kerisauan itu, aku pun beranjak mengambila HP. Aku sungguh
tersentak membaca SMS pertama, panggilan kami tidak berubah kala itu, walaupun
dengan sadar dia bukan milik aku lagi.
“bie, istri aku
meninggal di pelukan aku. Dia menitipkan bayi mungil itu dengan aku. Belum
sempat aku membahagiakan istri aku, tapi dia telah pergi meninggalkan aku untuk
selama-lamanya,bie. Walaupun aku tidak pernah menyayangi istriku seutuhnya,
tapi aku bisa merasakan kesedihan yang amat dalam saat ini”
Air
mata pun mengalir dengan derasnya. Antara percaya dan tidak, tapi semua itu aku
jalani apa adanya. Ternyata Meilinda Putri istri dari Ryan, telah meninggal
dunia dua jam setelah acara pernikahan terjadi. Semua begitu menyesakan dada.
Aku mencoba menelpon Ryan. Tapi percuma dia tidak mengangkat telpon ku sekali
pun. Aku pun hanya sempat mengucapkan bela sungkawa itu melalui SMS. Duka
mendalam itu tercipta setelah kebahagiaan beberapa saat direngkuh. Kubaca lagi
SMS yang dikirim untuk ku.
“bie, ini SMS
dari Mei untuk aku pagi tadi, “assalamualailkum yan, semua masih ada
kesempatan, bila kamu masih ingin mengerjar dia menjadi milik kamu, kejarlah.
Lupakan acara kita. Pergilah, jemput dia dan pertemukan dengan orang tua mu.
Karena umurku pun tidak ada yang bisa memperkirakan, hanya Allah yang bisa
member mukjizat untuk kesembuhan ku” ternyata ini bie. Maksud ucapannya dengan
aku”
Sejak aku terima SMS itu, aku tidak
tahu apa yang haru aku lakukan, apakah aku harus bahagia diatas duka orang
lain, apakah aku harus bersedih mendalam, sedangkan aku juga sedang merasakan
rumitnya permasalahan ini. Entahlah, rasa ingin menyerah dari hidup. Dan hari
pun berganti, empat puluh hari sudah semenjak meninggalnya almarhuma Meilinda,
aku tidak pernah mengangkat telponnya, aku hanya meminta dia untuk tetap terus
menyayangi Meilinda Junior, bayi yang diadopsi oleh almarhumah istrinya itu.
Hubungan aku dengan Ryan terjalin
kembali, entah bermula dari mana. Hanya saja komunikasi kami kembali seperti
dulu. Semua kebiasaan pun kami jalani bersama kembali. Suatu hal yang tak
terbendung dihati ini, jika harus aku menjauhi dia. Walaupun semua yang berlalu
masih membekas. Kami mencoba untuk menghilangkan itu, dan menganti hal yang
lebih indah untuk kehidupan kami nantinya.
Tawa, canda kembali mengisi
hari-hari kami, walaupun sempat ada percikan api kecil, tapi kami mampu
memadamkannya kembali. Hubungan kami ini hanya berjalan jarak jauh, jarak jauh
yang benar-benar jauh. Mungkin bisa juga dikatakan hubungan jarak jauh yang
maya. Saat itu aku yang begitu percaya dengan sosok Ryan mulai kembali curiga
dengan segala tingkah lakunya. Tapi dia selalu berusaha meyakinkan aku. Dan aku
pun termakan dengan ucapannya itu.
Selang waktu yang berjalan, disebuah
jejaring social, aku berteman dengan seseoarng yang sama sekali aku tiadk
mengenalnya. Tetapi aku sudah berteman. Dan aku selalu tahu apa yang sedang dia
pikirkan, karena dia menuangkan itu dalam sebuah jejaring sosial. Dan kala itu,
ryan bercerita tentang beberapa teman perempuannya, dan aku belum mencurigai
secara mendalam kala itu. Dan dia juga bercerita bahwa konten dalam jejaring
social itu milik bersama, dia dan beberapa teman-temannya. Aku selalu membaca
kisah cinta mereka, permasalahn hidup yang mereka alami. Sampai disuatu saat,
aku membaca catatan mereka, bisa dibilang catatan itu seperti buku harian
mereka kala itu. Ketika aku membacanya. Entah mengapa aku berpikir ini adalah
Ryan. Aku sangat yakin, bahwasannya Ryan lah yang menulis catatan tersebut. Aku
sangat bisa membedakan cara penulisan masing-masing orang baik itu di SMS,
amupun dimedia apapun. Karena setiap orang mempunyai gaya penulisan
masing-masing.
Foto-foto mereka terpasang dengan
indah dalam catatan itu, seperti layaknya sepasang kekasih yang sedang memadu
kasih. Aku mengetahui benar bahwa foto-foto itu adalah perempuan dengan
perempuan. Tapi aku belum berpikir bahwa itu adalah Ryan. Setelah aku membaca
catatan mereka yang lain. Aku sadar bahwa selama ini yang dia ceritakan itu
adalah dirinya sendiri. Dia telah membohongi aku. Dia memalsukan semua cerita
agar aku percaya. Tapi mengapa aku sampai bisa percaya dengan itu semua. Semua
kepalsuan, sandiwara yang direka dan dijalaninya sendiri. Hanya permohonan maaf
yang dia ucapkan, tanpa sedikit pun mengerti bahwa ini adalah kebohongan yang
luar biasa. Rasa sakit ini semakin menjadi ketika dia meminta maaf kepada aku.
Dan aku hanya bisa terdiam memandangi catatan itu. Dan mengemasi segala
serpihan hatiku yang telah hancur berkeping. Aku masih normal, masih
menginginkan pria sesungguhnya mendampingi hidupku dan mengisi hari-hari ku.
“pengalaman mengajarkan kita akan
banyak hal, suka dan duka dalam sebuah pengalaman adalah kidung dalam
kehidupan”
25
februari 2012,_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar