Diambil dengan izin si empunya cerita.
Sumber |
Saya seorang wanita single. Pernah berpacaran namun hubungan kami harus berakhir. Beberapa kali yang telah saya alami seperti itu. Bagi saya dahulu, jarak bukanlah sebuah rintangan. Gaya pacaran jarak jauh beberapa kali pernah dijalani. Walaupun berbeda kondisi serta keadaan awal perjumpaan. Berkembangannya zaman semakin berkembang juga penggunaan bahasa di masa sekarang ini. Mungkin bisa di bilang saat saya sedang "Galau".
Kisah cinta sungguh tidak pernah mati untuk diperbincangkan. Saya pernah merasakan sesuatu yang mungkin bisa dinamakan "CINTA". Dahulu, ketika belasan tahun yang lalu saya mempunyai seorang pacar. Bagi saya beliau sangat masuk dalam kriteria pendamping saya.
Namun, kondisi di zaman dahulu masih ada perasaan malu, segan dan sifat pendiam yang sangat amat membuat saya menjadi asing bagi kehidupan pribadi. Singkat cerita hubungan itu berakhir, setelah menjalani hubungan sekitar 2 tahun.
Namun, kondisi di zaman dahulu masih ada perasaan malu, segan dan sifat pendiam yang sangat amat membuat saya menjadi asing bagi kehidupan pribadi. Singkat cerita hubungan itu berakhir, setelah menjalani hubungan sekitar 2 tahun.
Saya benar-benar kecewa saat itu. Kecewa pada diri saya yang tidak mampu mempertahankannya. Kecewa karena sifat serta sikap saya yang masih egois. Hasil yang saya terima adalah harus kehilangan orang yang saya sayangi.
Hari terus berganti, tanpa terasa saya memendam rasa hingga tiga tahun lamanya. Selama perjalanan waktu, saya pernah mencoba menghubunginya. Entah mengapa dia begitu dingin menanggapinya. Saat itu juga, saya mengemasi rasa rindu saya terhadapnya. Menyimpan serta menutup rapat perasaan itu hingga waktu berjalan 5 tahun.
Mencoba menemukan tambatan hati lain, saya rasakan percuma. Rasa yang begitu besar kepadanya membuat saya tidak tenang. Ingin sekali bertemu dengannya. Namun itu sia-sia. Semua hal yang saya lakukan untuk dapat berkomunikasi dengannya selalu saja ada halangannya.
Hingga pada suatu kesempatan, saya bertemu dengannya dipinggir jalan. Dia tersenyum pada saya, saya hanya terpaku dan malu. Begitu tangan kami saling berpegangan, saat itulah saya merasa sangat biasa. Tiada getaran, perasaan sayang yang dulu pernah ada ternyata hilang seketika oleh waktu. Saya hanya diam. Mencoba merasakan kembali kerinduan yang pernah di pupuk hingga tumbuh subur bertahun lamanya.
Setelah meyakini tentang perasaan ini telah biasa. Dia mencoba menghubungi saya kembali, dia mengatakan bahwa masih menyayangi saya, dan tetap terus mencari tahu kabar serta apapun yang berhubungan dengan saya.
Hati kecil ini kembali sakit, sungguh perasaan ini dipermainkan oleh keadaan. Rasa sayang yang timbul dan tenggelam mampu mengobrak-abrik benteng pertahanan hati saya. Dan saya pun menangis kala itu.
Ada sesuatu yang menggumpal dalam hati, namun saya tidak memahami itu apa. Antara amarah, sayang, rindu menjadi sebuah rasa yang tidak menentu.
Dan kini, saya telah melihatnya bahagia bersama pilihan hatinya, mereka yang telah menjalani hubungan setelah perpisahan saya dengan dia. Yah, selama saya memendam rasa kemudian hilang sejenak dan muncum kembali tanpa diundang. Selama itu pula dia memiliki kekasih hati. Sedangkan saya terkatung tanpa kejelasan.
Semoga saja mereka bahagia. Kebahagiannya adalah kebahagian saya juga.
Mencoba menemukan tambatan hati lain, saya rasakan percuma. Rasa yang begitu besar kepadanya membuat saya tidak tenang. Ingin sekali bertemu dengannya. Namun itu sia-sia. Semua hal yang saya lakukan untuk dapat berkomunikasi dengannya selalu saja ada halangannya.
Hingga pada suatu kesempatan, saya bertemu dengannya dipinggir jalan. Dia tersenyum pada saya, saya hanya terpaku dan malu. Begitu tangan kami saling berpegangan, saat itulah saya merasa sangat biasa. Tiada getaran, perasaan sayang yang dulu pernah ada ternyata hilang seketika oleh waktu. Saya hanya diam. Mencoba merasakan kembali kerinduan yang pernah di pupuk hingga tumbuh subur bertahun lamanya.
Setelah meyakini tentang perasaan ini telah biasa. Dia mencoba menghubungi saya kembali, dia mengatakan bahwa masih menyayangi saya, dan tetap terus mencari tahu kabar serta apapun yang berhubungan dengan saya.
Hati kecil ini kembali sakit, sungguh perasaan ini dipermainkan oleh keadaan. Rasa sayang yang timbul dan tenggelam mampu mengobrak-abrik benteng pertahanan hati saya. Dan saya pun menangis kala itu.
Ada sesuatu yang menggumpal dalam hati, namun saya tidak memahami itu apa. Antara amarah, sayang, rindu menjadi sebuah rasa yang tidak menentu.
Dan kini, saya telah melihatnya bahagia bersama pilihan hatinya, mereka yang telah menjalani hubungan setelah perpisahan saya dengan dia. Yah, selama saya memendam rasa kemudian hilang sejenak dan muncum kembali tanpa diundang. Selama itu pula dia memiliki kekasih hati. Sedangkan saya terkatung tanpa kejelasan.
Semoga saja mereka bahagia. Kebahagiannya adalah kebahagian saya juga.
Sumber |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar